TEKS ESAI DAN TEKS KRITIK SASTRA

Nama        : Oktavia El Shara

Kelas        : XII MIPA-10

No. Urut   : 23

Dalam rangka memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Saya menuliskan sebuah teks esai dan teks kritik sastra. berikut ini lampiran teks esai dan kritik.


TEKS ESAI

Tak Semua Anak harus Menjadi Seorang Dokter

 

            Bagi seluruh pelajar yang duduk pada kelas 3 SMA, semester ini merupakan waktu untuk menentukan jalan yang akan ditempuh di kemudian hari. Mulai awal tahun 2022 sampai Bulan Juli nanti, semua pelajar SMA sedang berjuang mempersiapkan berbagai rencana untuk melanjutkan langkah baru setelah lulus sekolah. Dari mulai rencana untuk kuliah, kerja, kursus, dan lainnya. Namun, didominasi oleh pelajar ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri. Langkah yang dapat ditempuh siswa dapat melalui SNMPTN, SBMPTN, ataupun jalur mandiri.

Di saat-saat seperti ini siswa dituntut untuk lebih bijak dalam memilih jurusan perkuliahan yang akan ditempuh untuk menentukan masa depannya kelak. Maka dari itu, penting bagi siswa untuk lebih mengeksplorasi diri dan lingkungan dalam menentukan jurusan yang tepat baginya. Namun, bagi beberapa siswa tidak memiliki kesempatan untuk eksplorasi diri. Masih banyak siswa yang terkekang oleh tuntutan orang tua.

            Sebanyak 31 persen  orang tua di Indonesia memiliki obsesi agar anaknya menjadi seorang dokter, 11 persen pada tenologi informasi (TI), dan 10 persen pada tenaga teknik. Menurut Senior Vice President and Head Wealth Management HBC Indonesia, Steve Suryana mengatakan riset yang digelar  pada Maret dan April 2015. Dari data riset tersebut dapat disimpulkan bahwa obsesi orang tua agar anaknya menjadi seorang dokter masih besar di masyarakat. Akibat dari obsesi para orang tua membuat mereka menuntut anaknya untuk memilih kuliah di jurusan kedokteran.

            Terkadang keputusan yang dibuat ini dilakukan secara sepihak tanpa melibatkan sang anak. Seharusnya dalam memutuskan masalah jurusan kuliah, orang tua melibatkan anaknya, menanyakan terlebih dahulu minat  sang anak, dan menimbang kemampuan sang anak. Padahal yang kelak akan menempuh pendidikan kedokteran adalah anaknya bukan orang tua. Yang akan menanggung kesulitan dalam pendidikan dan berbagai rintangan kerja adalah sang anak.           Menanyakan minat anak merupakan cara terbaik orang tua dalam mendukung anaknya. Menimbang kemampuan sang anak pun harus dilakukan agar kelak anak tidak merasa terlalu kesulitan dalam memahami materi ataupun praktikum dalam perkulihannya. Bukan berarti merendahkan kemampuan anak untuk menempuh pendidikan kedoktera. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan kedokteran memang dinilai sulit. Ditakutkan jika orang tua memaksakan anak di luar kemampuannya anak akan merasa tertekan dan merasa gagal.

Meskipun anak dinilai mampu mengenyam pendidikan kedokteran, orang tua tidak bisa memaksakan anak jika ia tidak memiliki minat di bidang kedokteran. Seorang yang merasa terpaksa dalam menjalani suatu hal tidak akan menghasilkan hasil yang maksmimal dan optimal. Karena dengan adanya minat, kesukaan pada diri anak, membuatnya memiliki semangat dalam menghadapi berbagai hal yang ditempuhnya selama kuliah ataupun kerja kelak.

Jangan sampai obsesi orang tua untuk memiliki anak seorang dokter malah memberikan tekanan pada anak. Tekanan berlebih akibat ekspetasi orang tua pun dapat mengganggu terhadap kesehatan mental anak. Terkadang anak yang dituntut menuruti semua keinginan orang tua akan sulit menyelesaikan masalahnya, kehilangan kepercayaan diri sendiri, dan bahkan menyalahkan orang tua atas segala hal buruk yang ia rasakan.

Jangan sampai obsesi orang tua membunuh mimpi anak, anak yang seharusnya terbang bebas mengitari dunia selama hidupnya harus terkekang di dalam sangkar tuntutan orang tua. Anak memang lahir melalui orang tua tapi ia dari Tuhan, anak memang ada pada orang tua tapi mereka milik Tuhan. Orang tua bukan ditugaskan untuk menentukan takdir dari anaknya, tapi untuk mendukung dan membimbingnya menuju takdirnya.

Bukan berarti orang tua tidak boleh menentukan hal terbaik bagi anaknya. Jangan sampai anak merasa tertekan, stress, bahkan depresi akibat tuntutan dari orang tua untuk menjadi seseorang yang diinginkan orang tua. Alangkah baiknya dalam menentukan jalan bagi anaknya diperlukan diskusi dan musyawarah antara kedua belah pihak untuk mencari solusi terbaik bagi semua pihak.

Memilih jurusan kuliah bukan sekedar keinginan satu pihak karena kuliah bukanlah kegiatan yang dilakukan secara singkat, diperlukan bertahun-tahun lamanya untuk mendapat gelar sarjana Sesuai minat anak, sesuai kemampuan anak, dan dukungan dari orang tua adalah hal terpenting dalam memilih jurusan perkuliahan. Tidak ada tekanan di pundak anak dari tuntutan orang tua akan membuat anak bertanggung jawab dalam mencari jalan dari masalah yang ia hadapi.


TEKS KRITIK SASTRA



Judul                           : Ketika Cinta Bertasbih 1

Pengarang                   : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit                       : Republik-Basmala

Tahun Terbit                : 2007

Jumlah Halaman          : 477

 

Novel ketika bertasbih merupakan karangan dwilogi milik Habbiburahman El Shirazy. Beliau terkenal dengan karya-karya novel pembangun jiwa seperti karya yang sudah terkenal dwilogi Ayat-Ayat Cinta, Cinta Suci Zahrana, Dalam Mihrab Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, dan masih banyak lainnya.

Habiburrahman El Shirazy adalah sarjana Al-Azhar University Cairo, Founder dan Pengasuh Utama Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005, dan IBF Award 2005.

Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 ini menceritakan seorang Abdullah Khairul Azzam – 28 tahun- pemuda tampan dan cerdas dari sebuah desa di Jawa Tengah. Dari kecil, Azzam sudah terlihat sebagai anak yang sangat baik budi pekertinya. Atas usahanya yang gigih dia berhasil memperoleh bea siswa untuk belajar di Al Azhar Mesir selepas menamatkan Aliyah di desanya. Di Mesir pun ia berjualan Tempe untuk membiayai keluarganya di Jawa.

Azzam sering mendapatkan pesanan dari beberapa kalangan termasuk Kantor Kedutaan RI di Mesir. Ia diminta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jika ada acara yang digelar. Pada momen inilah sang tokoh Azzam mengenal sosok Eliana. Wanita ini cantik dan cerdas. Ia anak dari Duta Besar Indonesia untuk Mesir. Ia juga seorang wanita mandiri lulusan salah satu Universitas di Jerman. Azzam jatuh hati padanya, namun dengan prinsip keagamaan yang ia anut, ia perlahan menepis hasratnya pada Eliana. Dalam persoalan ini, ternyata Eliana juga menaruh hati pada Azzam.

Kisah berlanjut pada pertemuan tokoh Azzam dengan wanita lainnya bernama Anna. Ia seorang gadis yang juga kuliah di Mesir, yakni program s2. Anna digambarkan sebagai sosok yang memukau, berjilbab sempurna, pandai, lembut dan semua sifat sempurna lainnya. Azzam jatuh hati pada Anna dan berniat melamarnya. Sayangnya keinginannya ditolak oleh karena status sosial sang tokoh Azzam yang tidak sepadan dengan Anna. Pada akhirnya, Anna malah menerima pinangan sahabat Azzam sendiri yang bernama Furqan. Konflik pun berkisar di kisah cinta yang berputar-putar ini.

            Jika pembaca menghayati setiap kejadian yang digambarkan di dalam novel dan berusaha memaknai setiap kisahnya, akan ditemukan banyak hikmah dan pelajaran hidup di dalamnya. Penggunaan bahasa yang digunakan oleh habiburrahman selalu sama seperti sebelumnya, membawa pembaca jatuh kedalam imajinasinya. Semua novel karangan Habiburrahman selalu membawa unsur agama islam, membangun kembali keimanan di dalam jiwa para pembacanya.

            Dibalik semuanya, ternyata saya masih menemukan beberapa kekurangan yang tidak mengganggu kualitas dari novel ini. Menurut saya, Habiburrahman menggambarkan cerita dari novel ini hampir sama seperti cerita novel ayat-ayat cinta. Seperti penggambaran tokoh wanita dan prianya, latar tempat pun hampir sama yaitu di Mesir, dan alur yang dibawakan cukup menyerupai alur ayat-ayat cinta.

Kekurangan lainnya adalah dalam penggambaran tokoh yang terlalu sempurna dari sisi keimanan dan pribadinya seorang Azzam dan Anna. Keduanya digambarkan terlalu baik membuat pembaca sulit mencari gambaran tokoh jika dilihat di zaman sekarang. Membuat pembaca berangan-angan akan pasangan yang sempurna seperti penggambaran tokoh. Padahal pada zaman sekarang sulit menemukan orang sebaik tokoh dalam novel, terlalu berlebihan seakan tidak ada kekurangan.

Namun, semuanya kembali lagi kepada pembaca, apakah penjabaran penulis sejalan dengan pemikiran para pembaca lain atau tidaknya. Novel ini cocok bagi remaja dan orang dewasa yang sudah bisa memahami cerita dengan bahasa yang cukup berat bagi anak-anak. Kisah yang disajikan dengan penggambaran tokoh yang berakhlak mulia dengan berbagai nilai baik kehidupan cocok untuk dibaca sebagai novel penggugah jiwa untuk motivasi memperbaiki diri.


 

Komentar

Kayla Carissa mengatakan…
Teks kritik yang dibuat sudah bagus dan sesuai baik itu kaidah kebahasaannya ataupun strukturnya. Teks esai yang dibuat juga sesuai dan cukup menarik.
Riska Sari. A mengatakan…
Teks esai yang dibuat sudah sesuai struktur dan kaidah kebahasaannya
Skolastika Jacklyn mengatakan…
dari kedua teks sudah bagus. keduanya memiliki ciri kebahasaan yang tepat, tema yang menarik, strukturnya sudah benar
athalieex mengatakan…
Essai dan Kritik yang baik, strukturmya sudah benar. semangat
risma rohimah mengatakan…
teksnya sudah bagus sesuai kaidah kebahasaan sehingga mudah di pahami
Baby Aulia mengatakan…
Teks sudah sangat bagus dan sesuai kaidah kebahasaan dan strukturnya👍
syahla mengatakan…
teks kritik dan esainya sangat menarik dan kaidah kebahasaannya sudah sesuai
Rizki Ramadhani mengatakan…
Teksnya sudah bagus dan strukturnya juga sudah sesuai.
Dikri Nugraha mengatakan…
Teks kritik dan esai sudah baik dan benar dan sesuai dengan kaidah kebahasaan 👍

Postingan Populer